Jumat, 30 Oktober 2009

Seni Tari Saman


Tarian saman diciptakan dan dikembangkan oleh ulama Aceh, seorang tokoh Agama Islam bernama Syeh Saman. Awalnya tarian ini hanya merupakan permainan rakyat biasa yang disebut Pok Ane. Karena masyarakat mempunyai minat yang tinggi maka disisipilah dengan syair-syair tentang puji-pujian kepada Allah SWT. Sehingga tarian ini juga menjadi media dakwah pada masa itu. Latihan biasanya dilakukan di bawah kolong menasah. Meunasah adalah mushalla yang bangunannya dibuat panggung. Dan mereka tidak ketinggalan mengerjakan shalat berjamaah. Kondisi Aceh yang dalam suasana perang, maka syair-syair pun dibuat untuk menambah semangat juang rakyat Aceh. Saat ini tarian ini lebih sering di pertunjukkan pada perayaan-perayaan daerah, keagamaan. Tari Saman mulai unjuk gigi pada saat pertunjukkan pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) II serta di peresmian Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Gemuruh Saman di TMII menggemparkan tidak hanya nusantara namun sampai ke manca negara.
Syair saman dipergunakan bahasa Arab dan bahasa Aceh. Tarian ini tidak mempunyai iringan permainan, karena dengan gerakan-gerakan tangan dan syair yang dilagukan serta dengan menghempaskan badan ke berbagai arah dalam satu sinkronisasi, telah membuat suasana menjadi gembira. Tetapi sekarang, tarian yang berasal dari dataran tinggi Gayo tersebut biasanya sering ditampilkan menggunakan iringan alat musik seperti gendang.
Lagu-lagu (gerak-gerik tari) pada dasarnya adalah sama, yakni dengan tepukan tangan, tepukan dada dan tepukan diatas lutut, mengangkat tangan ke atas secara bergantian. Lagu-lagu yang dipakai pada tari saman tidak bersifat tetap (kecuali rengum). Dimana syair maupun iramanya berubah-ubah menurut tempat, waktu dan situasi pertunjukan. Sehingga tidak ada syair yang baku untuk tari saman. Saman dapat dibagi berdasarkan tempat asalnya : Saman Gayo di Aceh Tenggara dan Tengah, Saman Lokop di Aceh Timur, Saman Aceh Barat di Aceh Barat.
Dipimpin oleh seorang yang disebut Syech. Hampir semua tarian Aceh dilakukan beramai-ramai. Ini memerlukan kerjasama dan saling percaya antara syech dengan para penarinya. Karena tarian ini berdasarkan gerak yang dinamis, cepat, serta konsentrasi yang tinggi sehingga tarian berkelompok ini banyak dimainkan oleh penari laki-laki. Namun sekarang juga sudah dimainkan oleh penari perempuan atau campuran.
Kegiatan tari ini biasanya dilakukan guna merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW, atau peristiwa penting lainnya di dalam adat masyarakat Aceh. Awalnya pertunjukan saman dimainkan dengan syair-syiar bertemakan dakwah atau ajaran agama. Perkembangan akhirnya membuat syair-syair saman bertemakan lainnya, seperti tentang pembangunan, adat-istiadat, pertanian, muda-mudi dan lain-lain. Cara menyanyikan lagu-lagu dalam tari saman dibagi dalam 5 macam :

  1. Rengum, yaitu auman (suara bergumam) yang diawali oleh pengangkat.


  2. Dering, yaitu regnum yang segera diikuti oleh semua penari.


  3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.


  4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak


  5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.

Dalam setiap pertunjukan semuanya itu di sinergikan sehingga mengahasilkan suatu gerak tarian yang mengagumkan. Jadi kekuatan tari Saman tidak hanya terletak pada syairnya saja namun gerak yang kompak menjadi nilai lebih dalam tarian. Ini boleh terwujud dari kepatuhan para penarinya dalam memainkan perannya masing-masing. Contoh syair saman tentang muda-mudi seperti di bawah ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pages