|
MACAPAT |
Selain kesenian tari topeng malangan,seni membacakan suatu cerita dengan dilagukan juga pernah berkembang di Malang yaitu Macapat. Seni membacakan cerita dengan di lagukan ini memiliki beberapa versi cerita diantaranya Layang Amat Mukamad dan Layang Yusuf. Layang atau (cerita)Amat Mukamat ini menceritakan tentang perjalanan dua bersaudara Amat dan Mukamat dari kejaran seorang juragan yang menuduh mereka mencuri makananya.Dalam pembacaan cerita ini kadang diselingi dengan guyonan (canda) dari para pembaca ketika menceritakan dialog yang terjadi dalam cerita itu. Sedangka Layang Yusuf memiliki alur cerita yang hampir sama dengan kisah Nabi Yusuf dalam agama Islam. Kesenian ini memiliki banyak versi, selain di Malang,Macapat juga berkembang di daerah Karangasem,Bali. Kesenian yang di gunakan sebagai alat untuk penyebaran agama Islam di Pulau Jawa olekh para wali ini berkembang pada abad ke -XIV.Ada beberapa kitab yang sampai saat ini masih belum dapat dibacakan secara bebas karena,isi cerita dari kitab tersebut masih dianggap kontrofersial . Cerita ini sering dibacakan dalam acara selamatan (pesta masyarakat untuk memanjatkan doa ) menempati rumah baru atau memiliki anggota baru. Kini pembaca yang bisa dengan fasih membacakan sudah jarang, tinggal beberapa saja dan lanjut usia tua. Sutrisno , Sawab dan Wagimun adalah tiga pembaca yang biasa membawakan Macapat ini berada di Desa Gelagadowo, Kecamatan Tumpang sepertui halnya Mbah Mun, ketiga serangkai ini tengah berusaha menghidupkan kembali kesenian yang hampir mati tersebut. Kekayaan kesenian Malang ini perlu mendapatkan perhatian dari Pemerintah terutama masyarakat dan generasi muda , karena tidak dilakukan akan hilang dan generasi penerus hanya tahu ceritanya saja. Sebagian seniman yang masih peduli dengan kesenian khas Malang, berusaha untuk melestarikan dengan mengundang dalam beberapa acara kesenian di Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar